Washington - Orang-orang yang mendapatkan pukulan atau tamparan saat
masih kecil berisiko mengalami gangguan mental yang lebih tinggi saat
telah dewasa, termasuk suasana hati, gangguan kecemasan, serta
penyalahgunaan alkohol dan narkoba, menurut hasil penelitian yang
diluncurkan pada Senin.
Penelitian tersebut, yang dilakukan para peneliti Kanada, merupakan
penelitian pertama yang menguji hubungan antara gangguan psikologi
dengan pukulan, namun tidak termasuk pelecehan fisik atau seksual
lainnya karena memang dibatasi untuk mengukur dampak dari hukuman fisik
itu saja.
Orang yang dipukul atau ditampar di sekitar usia dua hingga tujuh
tahun lebih berisiko mengalami masalah mental di kemudian hari, kata
hasil penelitian tersebut dalam jurnal Pediatrics, berdasarkan survei
retrospektif terhadap lebih dari 600 orang dewasa Amerika Serikat.
Angka itu mungkin terlihat sedikit, terutama karena sekitar setengah
dari penduduk Amerika Serikat mengaku pernah dipukul pada masa kecil,
namun hal itu menunjukkan bahwa hukuman fisik dapat meningkatkan risiko
masalah mental di kemudian hari, kata para ahli.
“Penelitan ini sangat penting karena membuka diskusi tentang cara
mengasuh anak,” kata Victor Fornari, direktur divisi psikiatri anak dan
remaja di North Shore-Long Island Jewish Health System di New York.
Tingkat itu, “tidak dramatis angkanya, namun memang lebih tinggi,
hanya untuk menunjukkan bahwa faktor hukuman fisik berisiko
mengembangkan gangguan mental saat sudah dewasa,” kata Fornari, yang
tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
Penelitian sebelumnya telah berulang kali menunjukkan bahwa anak-anak
yang mengalami penyiksaan fisik saat remaja lebih berisiko mengalami
gangguan mental setelah dewasa, dan mungkin akan lebih agresif
dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mendapatkan pukulan.
(http://id.berita.yahoo.com/anak-yang-dipukul-lebih-berisiko-alami-gangguan-mental-054617362.html)